Presiden AS Barack Obama telah berjanji memberikan dukungan penuh untuk Korea Selatan menyusul adanya tembak menembak antara Korea Selatan dengan Korea Utara di perbatasan laut barat.
Dalam wawancara dengan ABC News pada Selasa malam kemarin (23/11), Obama menyebut Korea Utara merupakan ancaman serius dan berkelanjutan yang perlu segera ditangani.
Sementara itu presiden AS ini juga menggambarkan Korea Selatan sebagai sekutu penting dan merupakan “landasan keamanan AS di kawasan Pasifik.”
Namun, ia dilaporkan mengesampingkan tindakan militer AS terhadap Korea Utara pada tahap ini.
Sebaliknya, presiden AS meminta sekutu Korea Utara, Cina untuk menekan Pyongyang agar mematuhi aturan internasional.
Pada hari Selasa, Obama juga bertemu dengan para penasihatnya membahas tentang situasi di Semenanjung Korea dan ditetapkan untuk berkonsultasi dengan Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak tentang krisis tersebut.
Departemen Luar Negeri AS, sementara itu berjanji untuk membentuk sebuah rencana yang terukur dan terpadu sebagai sikap dalam menghadapi kekuatan besar Pyongyang, dan berjanji untuk mengkoordinasikan respon dengan pihak militer Korea Selatan.
Kedua sekutu telah sepakat untuk mengadakan latihan militer bersama dan pelatihan yang akan ditingkatkan di masa depan.
Amerika Serikat saat ini memiliki 28.000 tentara yang ditempatkan di Korea Selatan.
Menurut laporan, pasukan Korea Selatan sedang melakukan latihan militer di Pulau Yeonpyeong dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan ketika duel artileri dimulai.
Kedua Korea ini telah saling menyalahkan satu sama lain atas dimulainya tembak menembak.
Insiden ini dilaporkan mrupakan serangan artileri pertama langsung di wilayah Korea Selatan sejak pertempuran antara kedua negara Asia tersebut berhenti dalam sebuah gencatan senjata pada tahun 1953.
Serangan itu menyebabkan dua marinir Korea Selatantewas dan 19 lainnya – baik tentara dan warga sipil – mengalami luka-luka. Korban di sisi Korea utara tidak diketahui.
Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak telah berjanji akan melakukan “pembalasan yang sangat besar” terhadap Pyongyang, tetapi para diplomat internasional telah meminta dirinya untuk menahan diri.
Rusia, Cina, Jepang, Inggris dan Uni Eropa, semuanya telah menyatakan keprihatinan atas meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea
Detik.com